Bisnis Batik Lurik Masih Menyimpan Prospek Cerah

Bisnis Batik Lurik Masih Menyimpan Prospek Cerah - Ada banyak contoh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang setelah kenal informasi dan teknologi (IT) malah meraup keuntungan besar. Salah satunya Sanikem yang berjualan batik di laman Facebook. Sanikem adalah wirausahawan batik lurik asal Yogyakarta. Awalnya Sanikem hanya menyambi membuat batik lurik saja. Dalam sehari dia hanya membuat lima potong batik.

Perempuan berusia 39 tahun ini pun pusing harus kemana lagi memasarkan hasil batiknya. Beruntung ada pustakawan yang mengajaknya untuk bertandang ke perpustakaan. Seumur-umur, lulusan kelas dua SMP ini baru memegang layar komputer ketika memasuki perpustakaan Sukoharjo.

Kini, Sanikem lancar mengunggah foto lurik bikinannya di laman Facebook dan memasarkan secara online. Penjualan online membuatnya kebanjiran order. Jika tadinya dia hanya membuat lima lurik, namun setelah kenal Facebook setiap minggunya orderan bisa lebih dari 150 batik. Pesanan tidak hanya datang dari Sukoharjo, namun dari Kalimantan, Sumatera, Jakarta dan Jawa Barat.

Pemerhati UKM Mahmud Yunus mengatakan, jumlah pelaku bisnis dengan omzet Rp100 juta- Rp4 miliar per bulan ini kini melebihi angka 56,5 juta atau 99,98 persen dari total unit usaha di Indonesia. Sedangkan komposisinya, sesuai data Dirjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian, sekitar 40 persen di luar Jawa dan 60 persen di Jawa.

“Dari jumlah UKM itu, hanya 30-40 persen yang sudah memanfaatkan kecanggihan IT untuk mengembangkan bisnisnya,” katanya.

Mentor UKM ini menjelaskan, perpustakaan membuka cakrawala ilmu dan informasi yang kini bisa diakses secara mudah oleh semua orang. Dari perpustakaan pula, banyak orang yang merasakan manfaatnya. Mulai dari keilmuan, penelitian, pelestarian budaya, praktisi hingga informasi dan rekreasi positif untuk mendukung dalam menjalankan sebuah usaha atau bisnis, terutama skala UKM.

Direktur Program PerpuSeru Erlyn Sulistyaningsih mengatakan, pihaknya memberdayakan 34 perpustakaan umum pemerintah di 16 provinsi melalui penyediaan akses komputer dan internet. Dia juga mengakui, adanya perpustakaan yang dilengkapi TI cukup mendorong iklim bisnis yang kompetitif karena memberikan kesempatan kepada UKM untuk mengakses informasi yang lebih luas. Pemasaran pun kini dapat dilakukan secara online melalui pelatihan yang PerpuSeru lakukan.

“Program yang diinisiasikan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dan Bill & Melinda Gates Foundation ini sudah melayani 5.000 pengguna perpustakaan di seluruh Indonesia dalam pelatihan komputer dan internet. Dan lebih dari 3,5 juta orang telah mendapat kesempatan untuk mencari pekerjaan atau informasi untuk mengembangkan bisnisnya lewat internet,” ujarnya. (bn)

http://www.ciputraentrepreneurship.com/bisnis-mikro/bisnis-batik-lurik-masih-menyimpan-prospek-cerah