Karena (Barangkali) Anggota DPR Kita Tak Pernah Nonton Film Porno - ZAINAL Tahir datang memenuhi undangan Komisi III DPR RI untuk menjelaskan perihal bagaimana dua foto mesum lelaki mirip Abraham Samad bisa lahir, dan penjelasan itu, tidak bisa tidak, akan membuat siapapun yang pernah menonton film porno merasa setengah heran setengah geli.
Saya kutipkan kalimatnya, yang dipancarluaskan dua stasiun televisi swasta nasional, secara berulang-ulang, dari kemarin sampai hari ini: "Foto itu saya ambil tahun 2007. Bulan Februari, antara tanggal 23 atau 24, di dalam satu kamar hotel di Makassar. Saya sendiri yang mengambilnya."
Kurang lebih demikian. Tahir juga menjelaskan, bahwa foto tersebut ia ambil menggunakan kamera telepon selular. Lebih spesifik, Nokia E90, varian terakhir dari genarasi Communicator.
Atas keterangan ini, para anggota Komisi III, mencecar Tahir. Tapi pertanyaan-pertanyaan mereka ngelantur kemana-mana, dan sampai di sini mencuat dugaan saya, bahwa mereka, para anggota dewan ini memang sungguh-sungguh layak diberi sebutan terhormat, lantaran di masa mudanya (barangkali) tak pernah menonton film porno. Sebab jika pernah, bahkan tanpa harus sampai kecanduan (cukup sekali saja), maka mereka akan segera curiga, dan langsung merasakan betapa janggal keterangan Tahir.
Perhatikan kembali kalimat tadi. Saya sendiri yang mengambilnya. Ini berarti Tahir juga berada di dalam kamar itu. Ia memotret seorang laki-laki dan seorang perempuan di atas ranjang. Laki-laki dan perempuan setengah telanjang.
Sekiranya saya anggota Komisi III, saya akan bertanya pada Tahir, bagaimana ia bisa berada di dalam kamar itu dan bisa pula mengambil foto?
Pertanyaan ini saya lontarkan untuk menjawab dua kemungkinan. Pertama, Tahir memang hendak mengabadikan peristiwa sensasional itu. Ia memotret adegan ranjang lelaki mirip Abraham Samad dan perempuan mirip Feriyani Lim. Jika ini yang terjadi, tentulah ia profesional. Yakni sebangsa orang telah mampu mengendalikan gejolak hasrat. Dan karenanya tentulah ada foto-foto lain. Foto-foto yang jauh lebih aduhai. Bahkan jangan-jangan ada rekaman videonya.
Kalau bukan ini, kemungkinan lainnya adalah dia ikut serta dalam memeriahkan adegan ranjang tersebut. Istilah pornografinya, threesome: sex in group. Usai bercinta, ia turun dari ranjang, lantas memotret kedua rekannya yang barangkali belum tuntas benar menggeber hasrat. Hanya dua foto? Lagi-lagi tak mungkin. Sebab sangat boleh jadi ia memotret bukan setelah rampung bercinta, melainkan saat melakukannya. Jeda sejenak untuk menciptakan semacam sensasi. Jadi dengan demikian, pasti ada foto-foto lain. Barangkali pula, di antaranya, ada foto-fotonya sendiri.
Tapi begitulah. Lantaran (barangkali) para anggota dewan kita tak pernah menonton film porno, ketidakmasukakalan penjelasan Tahir justru terlewatkan. Atau barangkali memang sengaja dilewatkan lantaran ini bisa membuat mereka jadi terkesan mesum dan ngeres, tidak terhormat lagi. Pendeknya, tidak ada satu orang pun yang berusaha mencecar. Padahal dari sini, potensial diperoleh fakta-fakta penting, terutama apabila Tahir bukan pemotret atau perekam video konten porno profesional.
Bagaimana dua orang laki-laki berada dalam satu kamar, berbuat mesum bersama-sama, berbagi perempuan, tentulah keduanya memiliki hubungan yang sungguh-sungguh akrab. Hubungan yang sudah sedarah sejiwa. Kata Mansyur S dalam satu lagunya: teman lebih dari saudara, jangankan makan minum tidur kita bersama. Inilah yang menjadi sebab, mungkin, seperti dikemukakan Tahir dalam keterangannya, mengapa ia bisa masuk begitu saja ke dalam kamar saat lelaki mirip Abraham Samad dan mirip Feriyani Lim masih belum utuh berpakaian.
Sesungguhnya, ada kemungkinan ketiga. Bahwasanya Tahir bukan orang profesional, tidak ikut berpartiaipasi dalam adegan ranjang, melainkan sekadar menonton. Barangkali dengan begitu ia terpuaskan. Atau barangkali ia betul-betul jelmaan orang sufi, orang yang kemakrifatannya sudah sampai pada tahapan sangat tinggi, hingga mampu menahan goda sedemikian rupa.
Tapi tunggu, jika ia orang sufi yang suci, kenapa ia berada di sana? Bukankah melihat perkara perzinahan dengan sengaja dan tak berbuat apa-apa untuk mencegahnya merupakan perbuatan yang sama buruknya? Apakah mungkin ia bermaksud menasehati lelaki dan perempuan dalam foto itu setelah mereka bercinta dan selama proses berlangsung ia berada di luar kamar saja dan segera sesudahnya masuk sembari mengambil foto?
Banyak lagi pertanyaan bisa dimunculkan. Namun sekali lagi, karena (barangkali) para anggota dewan kita tak satu pun yang pernah memiliki pengalaman menonton film porno, hingga tentunya tak tahu siapa itu, misalnya Jenna Jameson atau Asia Carrera, maka penjelasan Tahir yang kelewatan dungu dan lugu ini dianggap wajar-wajar belaka.
Dan, oh, my God! Para anggota dewan kita ini ternyata juga punya pengetahuan yang mengenaskan tentang teknologi telepon selular.
Tahir menyebut, ia mengambil foto itu pada 23 atau 24 Februari 2007. Hari-hari yang hanya berselang dua pekan setelah Nokia E90 diperkenalkan (dan dijual secara terbatas dalam jumlah kecil) di 3GSM Show di Barcelona, Spanyol. Dan berdasarkan data Nokia, E90 pertama dijual di Indonesia, lewat sistem pesan dan lelang, pada 17 Mei 2007.
Saya tidak ingin berburuk sangka terhadap Tahir. Saya tidak berani menuding ia berbohong. Sebab siapa tahu, pada pertengahan Februari itu, caleg gagal dari Partai Nasdem ini memang berada di Barcelona dan hadir di pameran dan membeli telepon selular tersebut lantas pulang ke Indonesia, ke Makassar, untuk memotret orang bercinta di kamar hotel.
Mungkin lebih baik saya kedepankan fakta lain yang sifatnya tidak menduga-duga. Nokia E90, merupakan telepon selular berkamera generasi awal. Terbilang canggih pada masanya, namun segera jatuh jadi "kuno" dan "terbelakang" jika dihadap-hadapkan dengan Samsung S4 atau iPhone6. Telepon-telepon pintar masa kini dengan kamera beresolusi sangat tinggi (10-12 Mega Pixel), hingga mampu menghasilkan gambar yang kualitasnya nyaris setara kamera DSLR level medium.
Kamera pada Nokia E90 hanya 3,2 Mpix CMOS dengan flash (lampu kilat) kelas "kacang rebus", yang menghasilkan resolusi gambar maksimal 2048 x 1536 pixel dan bobot 1 Mega Bite. Dengan kapasitas sekadar begini, E90, memang tidak memungkinkan untuk digunakan memotret indoor, terlebih-lebih di tempat yang minim cahaya.
E90 juga belum memiliki sensor stabilizer image, hingga dalam kondisi cahaya minim, saat gambar diambil, tangan pemotret harus benar-benar kokoh. Tidak boleh goyang sedikitpun. Jika tidak, gambar yang dihasilkan akan kabur sama sekali. Padahal dalam kalimatnya di bagian lain keterangan itu, dia bilang melakukan pemotretan itu sembari tiduran. Mencermati kualitas foto lelaki mirip Abraham Samad dan mirip Feriyani Lim yang lumayan terang dan jelas, menunjukkan betapa ciamik dan berbakatnya laki-laki ini. Noor Photo Agency, Magnum, dan VII, sungguh telah kecolongan. Semestinya mereka merekrut Zainal Tahir sebagai fotografernya. Huehehe...
@aguskhaidir - #ngopiSore - TribunNews